Sabtu, 10 Juli 2010

TANTE GIRANG


Saya berharap anda tidak terprovokasi dengan judul artikel yang sengaja penulis ungkapakan dengan cara yang tidak biasa. Tante girang yang dimaksudkan adalah kepanjangan dari ungkapan “tanaman tebu gap tinggi tumbuh jarang-jarang”. Seringkali ini adalah pangkal masalah tidak tercapainya target produksi. Sebagaimana kita ketahui dalam budidaya tanaman tebu ada beberapa parameter  penentu keberhasilan pencapaian target produksi:

·         Populasi

Ada dua aliran dalam permainan populasi dalam usaha pencapaian TCH yang optimal. Ada yang berpendapat semakin banyak semakin baik, ada pula yang menganut pemikiran bahwa terlalu banyak populasi justru malah mengundang penyakit dan tebu cenderung rubuh. Walhasil ada dua aliran sistem tanam. Sistem tanam single row (biasanya PKP 135 cm sehingga panjang juringan per hektar 7400 m) dan sistem tanam double row ( biasanya PKP 185 cm dimana jarak antar 2 juring kecil dalam satu juring besar adalah 40-50 cm. Sistem tanam double row merupakan komodifikasi dari sistem tanam single row sempit (PKP120 cm ke bawah).

·         Jumlah batang per meter

Jumlah batang per meter erat kaitannya dengan populasi. Apa gunanya panjang juringan dalam satu hektar dibuat tinggi (misal dengan sistem double row) sedangkan jumlah  batang per meter kurang dari standart. Idealnya dalam satu meter jumlah batang adalah 12, walaupun kenyataannya bisa bervariasi dari 8-12 tergatung performa tanaman. Jumlah batang bisa dimaksimalkan sejak penyaiapan lahan (LP), proses tanam yang seharusnya mulai dari bibit yang baik, sistem ecer overlap 25-50%, covering yang baik, compacting, irrigasi yang cukup sampai upaya sulam untuk mengurangi gap.

·         Tinggi batang

Tinggi batang sebenarnya erat dengan berat batang. Semakin tinggi maka potensi berat akan semakin bagus. Idealnya tinggi tebu adalah 250cm atau lebih. Tinggi batang yang maksimum bisa dimaksimalkan dengan sistem pengolahan tanah dalam dan perlakuan subsoiling baik pada tanaman PC maupun ratoon. Dengan pengolahan tanah dalam ini diharapkan perakaran tebu bisa menembus lapisan keras  (hardpan) sehingga asupan unsur hara akan maksimal. Selain itu akan memperkokoh sistem perakaran sehingga tebu tidak akan mudah rubuh akibat gangguan angin ribut. Hal lain yang mempenaruhi tinggi batang adalah jenis tanah dan kekeringan. Pada tanah-tanah berat tinggi batang cenderung tidak maksimal. Demikian pula apabila terkena kekeringan dalam jangka waktu yang lama, pertumbuhan ruas cenderung pendek. Idealnya tinggi batang tebu adalah 2,5-3 m.

·         Diameter batang

Semakin  besar diamater batang tentunya akan memperbesar bobot tebu sehingga diharapkan TCH akan naik demikian juga TSH.

·         Rendemen

Rendemen adalah perbandingan antara bobot tebu yang diolah dengan hasil gula yang dihasilkan. Potensi rendemen pada masing-masing varietas mempunyai keragaman. Sedapat mungkin potensi rendemen di kebun bisa diraih sampai ditingkat pengolahan di pabrik. Idealnya rendemen paling tidak adalah 8%.

Balik ke masalah tebu jarang-jarang, menurut penulis merupakan akibat dari banyak faktor. Bisa jadi pengolahan tanah, bibit, tanam, pengendalian gulma maupun perawatan. Tergantung dari kepiawaian kita meramu masing-masing kegiatan atau tahapan budidaya sehingga tujuan akhir, yaitu ton tebu per hektar (TCH) setinggi mungkin, untuk PC minimal 85 ton dan ton gula per hektar (TSH) diharapkan minimal 6 ton. Bisakah! Pasti Bisa!! (tentunya dengan ijin yang Maha Kuasa)

KALIBRASI IMPLEMENT PUPUK MEKANIS (FERTILIZER APPLICATOR) SECARA SEDERHANA.


Dalam industri perkebunan, pemupukan memiliki peran sangat penting dalam pencapaian target produksi. Dalam konteks perkebunan tebu adalah pencapaian ton tebu/ha (TCH), rendemen ataupun ton gula/ha (TSH). Selanjutnya bila dirunut lagi komponen sukses/tidaknya pemupukan adalah:

1.      Waktu aplikasi

2.      Dosis pemupukan

3.      Cara aplikasi.

4.      Kondisi implement fertilizer applicator apabila pempukan dilakukan secara mekanis.

5.      Kondisi fisik-kimawi tanah

6.      Kondisi kekerasa tanah (berpengaruh pada kemampuan tyne implement fertilizer applicator untuk membenamkan pupuk ke dalam tanah).

Dalam artikel ini kita akan lebih membahas aplikasi pemupukan pada tanaman tebu menggunakan implement pupuk mekanis. Kenapa perkebunan tebu skala luas (6000-20.000) lebih menyukai pupuk mekanis?

1.      Lebih cepat

Kapasitas pupuk mekanis dua mata dengan tenaga tarik traktor TS 90 HP adalah 0,8-1 ha/HM sehingga dalam satu unit per hari bisa mencapai minimal 8 ha. Bandingkan dengan pupuk yang ditabur manual, 1 HK kemampuannya maksimal 1 ha (pada tenaga manual, semakin besar beban kerja kualitas kerja biasanya semakin turun).

2.      Membutuhkan tenaga kerja lebih sedikit.

Dengan rata-rata hasil kerja 8 ha/hari diperlukan tenaga kerja aduk/curah pupuk 2-3 orang dan seorang operator. Bandingkan dengan tenaga yang diperlukan pada pemupukan manual, untuk hasil 8 ha/hari minimal diperlukan 8 tenaga tabur dan 2 orang tenaga umbal/ecer pupuk.

3.      Aplikasi lebih merata karena pupuk terbenam didalam tanah s/d 10cm.

Bandingkan dengan tabur pupuk manual, pupuk hanya ditabur dikanan kiri juringan dengan kerataan yang tidak sama(tebal tipis) dan tidak dibenam dalam tanah. Sehingga sangat mudah menguap pada saat panas dan tercuci apabila terkena hujan.

4.      Lebih mudah dalam pengawasan

Pengawas cukup memantau satu atau beberapa unit alat saja sedangkan pada pupuk maual pengawas harus mengawasi banyak orang dengan karakter masing-masing.

5.      Penyelewengan pupuk dapat diperkecil.

Pada pemupukan mekanis semua pupuk dikumpulkan pada satu titik. Kemudian beberapa jenis pupuk dicampur secara manual oleh tenaga pengaduk (bisa juga dicampur secara mekanis sebelumnya di gudang) dan ditaruh kembali dalam sak-sak. Bandingkan pada pemupukan mekanis, sak-sak pupuk harus diecer di kanan kiri petak sehingga potensi pupuk dicuri sangat besar.

Baiklah, penulis kira sudah cukup pembahasan pendahuluan tentang pemupukan mekanis. Selanjutnya kita berkenalan dengan implement pupuk mekanis (Fertilizer Applicator). Implement yang biasa digunakan di perkebunan tebu adalah dengan sistem ulir di mana ulir digerakkan menggunakan PTO traktor. Terdapat dua hopper dengan dua bukaan pada masing-masing hopper. Dari bukaan ini pupuk disalurkan ke selang penyalur, kemudian jatuh di belakang tyne dan kemudian alur pupul ditutup oleh wing kecil. Selengkapnya dapat dilihat pada gambar  di atas.

Pertanyaan selanjutnya bagaimana cara mengkalibrasi implement agar dosis per hektar bisa tepat. Hal ini sangat penting mengingat pekerjaan ini menyangkut material pupuk yang sangat mahal harganya. Kesalahan kalibrasi bisa mengakibatkan tekor pupuk (terlalucepat) atau sisa pupuk (terlalu lambat) yang berpotensi pada penyelewengan pupuk.  Secara garis besar, kalibrasi dimulai dari berapa dosis pupuk (campuran urea, TSP dan KCL) yang harus diaplikasi per hektar. Selanjutnya dihitung berapa gram pupuk yang searusnya jatuh per corong per meter juringan. Dari dosis per meter tersebut dapat ditentukan berapa kecepatan maju traktor, gigi berapa yang harus dipakai. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah ukuran bukaan hopper ke corong penyalur, bukaan yang terlalu sempit pupuk bisa tekor, sedangkan kalau terlalu sempit pupuk bisa menggumpal.

Jumat, 09 Juli 2010

ORANG LAPANGAN HARUS MEMAKAI SEPATU BOOT!!


Bismillah….kembali meluangkan waktu untuk menulis sedikit renungan di tengah kesibukan kerja mengurus unit alat berat untuk pengolahan tanah dan alat berat infrastruktur. Entah kenapa teringat kejadian berapa tahun yang lampau di lampung hanya karena masalah sepatu. Beberapa hari yang lalu seorang kolega menegur saya ” wealah pak, sinder koq sepatu ne bodhol ngono, gek ndang tuku sing anyar” Artinya kurang lebih begini: Sinder koq sepatunya sudah butut kayak gitu, buruan beli baru. Sambil meringis saya jawab sekenanya ” banyak kenangannya pak, hehehe”. Memang sepatu saya yang sebelah kanan di bagian tumitnya sudah sobek, belum sempat beli lantaran hampir tiap hari pulang maghrib.

Sebenarnya bukan masalah sepatu baru merk apa yang akan saya beli, tetapi kenapa di perusahaan ini sepertinya tidak ada orang yang peduli keharusan bahwa setiap karyawan yang bekerja di kebun harus memakai sepatu boot. Masih banyak karyawan yang memakai sepatu ket atau sepatu kantoran, bukan hanya level karyawan pelaksana, tetapi unsur pimpinan juga cuek-cuek saja memakai sepatu kantoran yang disemir ”kinclong”. Saya bukan anti kebersihan dan kerapian, tidak jua berarti orang lapangan harus berkotor-kotoran ria, tetapi lebih kepada keinginan untuk menempatkan segala sesuatu sesuai porsinya. Saya ingat betul beberapa tahun yang lalu, betapa anak buah saya yang seorang mandor spraying herbisida ketakutan bukan kepalang ketika ketahuan oleh Plantation Manager (Kepala Bagian Tanaman) bahwa dirinya memakai sepatu ket pada saat bekerja. Sudah ter-mindset pada pikiran karyawan bahwa orang plantation (bagian tanaman rayon/afdeling) harus memakai sepatu boot. Jadi semua karyawan plantation dari tenaga harian, mandor, conductor, supervisor (mandor besar), officer(sinder), manajer divisi (sinder kepala) sampai plantation manager (Kepala Bagian Tanaman) dipastikan memakai sepatu boot, bukan sekedar mematuhi aturan, tetapi lebih sebagai identitas bahwa inilah kami orang lapangan! Bahkan di beberapa kesempatan saya menyuruh pulang beberapa tenaga harian saya lantaran nekat bekerja memakai sepatu ket/sandal di lapangan.

Sebagai orang lapangan, tentu bukan hal yang aneh kalau setiap kali kita mengecek pekerjaan pasti belepotan lumpur, apalagi kalau musim hujan. Petak kebun ibarat rimba raya, bisa saja kita ketemu kobra waktu masuk juringan, atau menginjak tunggul kayu yang bisa melukai kaki. Nah apa jadinya kalau pengawas yang kita tugaskan di petak tersebut memakai sepatu ket. Sudah pasti dia akan nongkrong di pinggiran petak, walhasil kualitas pekerjaan di dalam petak tidak akan termonitor, biaya kebun tetap keluar padahal hasilnya nihil. Itulah filosofi kenapa semua personel lapangan harus memakai sepatu boot. Pernah di suatu waktu, kolega saya dibuat sibuk karena anak buahnya harus dirawat di rumah sakit karena kakinya melepuh karena terperosok di tumpukan blothong yang membara. Kejadian ini dampaknya sebenarnya bisa diminimalkan seandainya pekerja tersebut memakai sepatu boot.

Nah, marilah mulai sekarang kita berikan pemahaman kepada kawan-kawan di lapangan betapa pentingnya memakai sepatu boot. Tentunya bukan hanya menyuruh atau menghimbau, marilah kita berikan contoh dari kita sendiri. Meminjam kalimat yang biasa terpampang di pintu masuk pabrik ”Marilah kita gelorakan kesehatan dan keselamatan kerja!”

Kamis, 04 Maret 2010

MARILAH KITA MENCINTAI PERUSAHAAN KITA BERGANTUNG HIDUP


”Assalamu’alaikum. Selamat pagi dan salam sejahtera. Terimakasih atas kehadiran bapak-bapak semua. Pada kesempatan yang baik ini saya mengajak kerpada diri saya dan juga kepada bapak-bapak semua untuk senantiasa mencintai perusahaan tempat kita bergantung hidup. Yah, memang perusahaan ini belum bisa memberikan semua keinginan kita, tapi lihatlah anak-anak kita tumbuh dan besar dari tebu yang kita tanam. Keluarga kita bisa hidup cukup bahkan anak-anak kita bisa kuliah karena keuntungan dari produksi gula perusahaan ini. Marilah kita mencintai perusahaan ini dengan cara bekerja dengan ikhlas dan optimal di masing-masing bagian. Jangan menjadi beban perusahaan, setiap dari bapak-bapak yang hadir disini tidak boleh tidak punya peran dalam pencapaian keuntungan perusahaan kita.”

 

Demikian kalimat pembukaan yang dilontarkan seorang sinder kepada anak buahnya ketika membuka rapat kerja bulanan. Memang tidak mudah memberikan pemahaman betapa penting rasa cinta dan kebanggaan kepada perusahaaan. Bukan hanya level pekerja pelaksana, pekerja level pimpinan pun kadang masih belum menyadari. Rasa cinta bertautan dengan rasa syukur kita atas nikmat pekerjaan yang kita peroleh ketika kita mengabdikan diri sebagai karyawan pada suatu perusahaan. Orang yang pandai bersyukur tentunya akan melaksanakan tugas dan kewajibannya sebagai karyawan dengan penuh rasa ikhlas dan tanggungjawab. Sepanjang perusahan telah menunaikan kewajibannya kepada karyawannya maka tidak ada alasan para karyawan berkeluh kesah dan bermalas-malasan. Sepanjang kita masih mau menerima uang gaji bulanan(beserta tunjangan perusahaan, lembur, THR, jaminan kesehatan, bonus tahunan) maka tidak ada alasan untuk tidak memberikan kontribusi bagi pencapaian keuntungan perusahaan sesuai dengan fungsi dan tanggungjawab kita.

Pimpinan saya, dalam beberapa kesempatan sering mengatakan janganlah kita menjadi benalu bagi perusahaan. Setiap dari kita adalah bagian dari organisasi perusahaan yang harus berkontribusi bagi keuntungan perusahaan. Ingat, kita adalah karyawan perusahaan, walaupun berlabel ”perusahaan plat merah”, yang hanya digaji dari keuntungan perusahaan. Kasarnya kalau tidak untung ya tidak gajian. Bagi perusahaan BUMN yang tidak bisa bersaing di pasar bebas, bukan tidak mungkin pemerintah selaku pemegang saham akan menjual ke swasta daripada menyuntik bantuan modal. Bagi mereka yang hanya menuntut hak tanpa menunjukkan kinerja dan produktivitas adalah benalu persahaan yang menggerogoti dan membebani perusahaan. Perusahaan BUMN bukanlah perusahaan yang bebas PHK. Anda ingat kasus IPTN (yang sekarang bermetamorfosis menjadi PT DI). Bagi perusahaan yang menghasilkan produk barang/jasa dengan biaya produksi yang tidak bisa besaing akibat terlalu tingginya biaya produksi (anda tahu salah satunya karena terlalu tingginya biaya overhead dan menggaji karyawan yang tidak produktif) pelan tapi pasti akan dilindas jaman, lama kelamaan akan terbelit kesulitan finansial dan akhirnya dinyatakan pailit. Kalau ini sudah terjadi karyawan hanya bisa ”melongo” kenapa bisa begini? Apalagi menjelang diterapkannya AFTA (Zona perdagangan bebas asia) di mana produk-produk luar negeri dengan mutu yang sama dengan produk dalam negeri tetapi dengan harga yang jauh lebih murah akan membanjiri pasar dalam negeri.  Jadi semua tergatung dari diri kita masing-masing, tidakkah kita merasa terhina dan bersalah menjadi benalu perusahaan? Tunjukkan kinerja kita, tunjukkan bahwa perusahaan tidak salah memilih kita sebagai karyawan. Tidak puas dengan gaji yang diberikan perusahaan? Maka bersikap satrialah sebagai seorang lelaki, mintalah pensiun dini secara terhormat, bukannya  ngrecokin  rekan-rekan kerja yang ingin bekerja dengan baik.

Kamis, 07 Januari 2010

RENUNGAN AKHIR TAHUN 2009


Duh Gusti Alloh, Pangeran Ingkang Murbeng Dumadi...

Kawulo nyuwun pangapunten ingkang tanpo upami...

 

(Thee do we ask for  apologize...)

 

Seseorang pernah berujar, apakah yang paling jauh dengan diri kita? Yang paling jauh adalah hari kemarin karena akan semakin jauh dan jauh takkan mungkin kita kembali ke waktu itu. Lalu apakah yang paling dekat dengan kita? Hari ini?Esok? Tidak kawan, yang paling dekat dengan kita adalah kematian. Ia bersifat pasti, tidak dapat dimajukan ataupun dimundurkan barang sedetikpun walaupun kapan waktunya adalah persoalan ghaib. Sungguh manusia dalam keadaan merugi kecuali mereka yang mengerjakan amal kebaikan dan bersabar atas ketetapanNya. Manusia adalah makluk lemah yang seringkali tidak mengakui kelemahannya dan seringkali bersifat sombong.

”Pak, Massa 700-an orang sudah merangsek ke depan pintu gerbang. Polisi sudah tidak sanggup menahan laju massa masuk empalesement“. Apa yang akan anda lakukan jika ada anak buah melapor kondisi kantor anda yang sudah terkepung massa? Padahal kantor tersebut terletak di tegah-tengah perkebunan. Butuh waktu 0,5 jam ke desa terdekat dan 1 jam dari kantor dan perumahan induk. Sementara karyawan di dalam empelesement sangat sedikit dan tidak sebanding dengan massa yang menyerang. Satu regu polisi yang disiagakan menjaga empalement pun ternyata tidak sanggup menghalau massa. Padahal di dalam empelesement tersebut terdapat asset perusahaan yang nilainya miliaran rupiah. Hanya ada dua opsi, bertahan atau lari menyelatmatkan diri. Ah, rasanya tak perlu saya lanjutkan kisah saya ini. Biarlah menjadi bagian dari perjalanan hidup saya. Tahun ini sungguh banyak kejadian yang tidak mengenakkan terutama masalah pekerjaan. Rupanya Alloh hendak mengajarkan kepada saya liku-liku kehidupan yang penuh kejutan. Pernah, lebih tepatnya sering ribut dengan anak buah masalah kerjaan, bahkan pernah sampai kontak fisik, pernah dicari-cari orang desa sebelah karena unit saya tak sengaja menggerus jalan yang sedang perbaikan, seringkali kucing-kucingan dengan warga yang demo sengketa lahan, dikejar-kerjar target pekerjaan padahal situasi kebun sedang dalam sengketa dan yang terakhir yang paling menyesakkan dada adalah ketika kantor, bengkel dan perumahan kami diserang dan dibakar massa. MasyaAlloh, rupanya diri ini masih diberi kesempatan mencari bekal akhirat sehingga dalam situasi terkepung massa masih diberikan kesempatan meloloskan diri melalui jalan tikus dibelakang bedeng pekerja. Praise to Alloh,, Subhanallah....

Seorang teman pernah menulis  dalam sebuah status situs jejaring sosial facebook:

”Manusia kadang memaksa menuntut haknya jauh melebihi porsi yang menjadi haknya sehingga orang yang dituntut tersebut menitikkan air mata”

MELINDUNGI KEBUN TEBU DARI BAHAYA KEBAKARAN


“Office 4, office 4, calling office 4…”

“Silakan Pak!”

“Laporan dari tower Ambalat, situasi aman S3, personel lengkap, patroli jalan terus!”

”Terimakasih laporannya, tetap siaga!”

Demikian penggalan dialog antara petugas jaga radio komunikasi di kantor divisi plantation suatu perkebunan tebu swasta dengan petugas PMK (pemadam kebakaran) yang stanby di tower pantau di areal. Bagi kami orang kebun, tebu adalah tempat kami bergantung hidup. Kami menanam dan merawat dengan tetesan keringat (pasti anda setuju, ini bukanlah pekerjaan enak), betapa sedih hati kami tatkala tebu-tebu yang tinggal menunggu panen itu terbakar oleh orang-orang usil ataupun memang terbakar karena kondisi alam. Apalagi kebakaran terjadi saat pabrik belum buka giling sehingga tebu yang terbakar tidak bisa digiling dan harus diitebang buang. Berapa banyak uang yang telah kami investasikan terbuang percuma, musnah terbakar menjadi abu. Kalaupun sudah masuk musim giling apabila yang terbakar adalah  tebu yang belum masuk jadwal tebang (masih terlalu muda), hal ini pun tetaplah sebuah kerugian, potensi rendemen dan tonnase tebu pasti turun sehingga hasil gula per hektarnya juga jauh di bawah target. Hal inilah yang melatarbelakangi perlunya penjagaan/piket PMK selama 3 shift 24 jam penuh.

Bagaiamana strategi penjagaan/piket PMK di perkebunan tebu? Taruhlah kita berada disebuah divisi plantation dengan luas wilayah 5000 ha. Sepanjang pengalaman penulis, idealnya kita harus punya 3 unit PMK traktor dan satu unit branwir/mobil pemadam kebakaran. Unit traktor PMK harus double gardan/4WD, di mana tanki PMKnya minimal 5000 liter. Pompa pmk yang ditarik traktor sebaiknya dilengkapi enjin khusus sebagai sumber tenaga, jangan menggunakan sumber tenaga dari PTO traktor. Karena kopel PTO mudah lepas atau bengkok pada saat traktor berbelok. Kalau bisa nozzle gun PMK yang bisa diatur jauh dekatnya tembakan air sehingga memudahkan dalam pemadaman nantinya.

Setelah unit kita persiapkan saatnya kita tempatkan personel penjagaan kita sesuai dengan kondisi lapangan. Traktor PMK sebaiknya kita tempatkan di tower-tower pantau yang strategis, biasanya di titik perbatasan wilayah kita untuk memudahkan saling pantau antar tower. Khusus branwir/mobil PMK kita tempatkan di kantor divisi karena sifatnya yang lebih mobile sehingga bisa menjangkau kebun ke segala penjuru. Pada saat kondis genting atau sepi, misalnya pada hari minggu atau pada hari raya sebaiknya kita tambah unit traktor patroli sebanyak 8-10 unit tergantung kebutuhan. Unit-unit itu kita tempatkan pada tempat-tampat rawan yang sering menjadi perlintasan orang. Misalnya perempatan jalan second, pertigaan atau jalan menuju kampung dan sebagainya.

Bagaiamana susunan pengawas petugas PMK? Berdasarkan pengalaman penulis adalah sebagai berikut(mungkin komposisi ini tidak bisa diterapakan di tempat lain, tergantung kondisi dan situasi). Shif 1 di mana jam kerjanya Jm 07:00-14:00, sebaiknya cukup kita tempatkan seorang conductor (satu tingkat di atas mandor tetapi masih di bawah supervisor) yang mengkoordinir seluruh unit PMK. Hal ini dikarenakan shift 1 masih banyak personel yang bekerja di kebun, sehingga apabila terjadi kebakaran akan lebih mudah meminta bala bantuan. Pada shift 2 di mana kerjanya jam 14:00-22:00 sebaiknya kita pasang seorang officer, seorang supervisor dan seorang mandor. Mengapa harus ada unsur karyawanan pimpinan pada shift 2? Hal ini disebabkan setelah selesai jam kerja normal (selesai jam 16:00) praktis tidak ada karyawan yang masih standby di office sehingga apabila terjadi di mana harus ada pengambilan keputusan yang bersifat kebijakan (misalnya petak kebakaran yang tak tertangani harus di back burn untuk menyelamatkan petak lain) ada yang bertanggungjawab. Adapun shift 3 (jam kerja pukul 22:00-04:00) cukup dipasang 1 unit branwir dan 1 unit PMK, semuanya distandbykan di office. Petugas PMK terdiri dari operator branwir, operator PMK, helper dan 2 orang mandor. Satu hal yang harus diingat, pada malam hari api kebakaran akan terlihat dekat meskipun sebenarnya letaknya jauh, tetapi apabila terjadi kebakaran jangan pernah menganggap jauh (bersumsi dari penampakan api), harus dicek benar-benar sampai ke perbatasan kebun.

Satu hal yang perlu dicatat, ketika terjadi kebakaran maka traktor PMK/branwir yang akan masuk petak yang terbakar harus diikuti traktor tarikan (pulling tractor) untuk mencegah kepater atau apabila unit macet di tengah petak. Berikut adalah urutan tindakan pemadaman (mungkin berlaku lain ditempat lain dengan kondisi yang berbeda)

1.      Lihat titik api, apakah satu titik atau lebih, memanjang atau menjalar.

2.      Lihat arah angin atau arah jilatan lidah api.

3.      Jangan panik, komando pemadaman cukup satu orang, officer wilayah yang bersangkutan/officer yang sedang piket.

4.      Masukkan PMK (diikuti traktor tarikan) dari sisi yang telah terbakar.

5.      Helper PMK mengarahkan Gun ke depan traktor terlebih dahulu untuk melindungi operator dan unit dari api baru setelah itu memadamkan api di samping tangki tersebut.

6.      Putari dan sekat titik api tersebut, apabila api sudah terlanjur memanjang maka mintakan bantuan traktor tarikan lebih banyak lagi (2-3 unit) untuk menyekat petak yang terbakar.

7.      Tempatkan personil dan unit PMK yang lain disisi petak pada arah angin bertiup untuk berjaga-jaga apabila api meloncat pada petak sebelah.

8.      Apabila jalan antar petak terlalu sempit karena tebu sudah saling kanopi maka tebu-tebu pada sisi perbatasan petak tersebut dirubuhkan dengan cara diinjak menggunakan traktor tarikan untuk membantu menyekat api.

9.      Ingat, safety first, utamakan keselamatan operator dan unit.

10. Apabila kebakaran sedemikian hebat (tidak mungkin tertangani) dan umur tebu sudah masuk waktu tebang, sebaiknya di back burn yaitu dibakar dari sisi petak yang berlawanan arah angin. Hal ini dilakukan untuk mencegah kebakaran lebih luas lagi dengan mengorbankan satu petak tersebut.

Uraian di atas baru pembahasan dari segi teknis, ada satu hal lagi yang sebenarnya jauh berperan dalam pengamanan kebun, yaitu faktor non teknis. Bagaimana menjaga hubungan yang baik dengan warga sekitar perkebunan, seringkali sepanjang pengalaman penulis justru hal ini yang sangat sulit. Apalagi jika sebelumnya pernah terjadi riwayat sengketa lahan dengan warga sekitar, dipastikan anda harus kerja keras dan memutar otak bagaimana mengamankan kebun anda. Namun apabila anda bisa merangkul mereka (dan mereka juga mau diajak kerjasama) insyaAlloh anda bisa tidur nenyak sepanjang malam.