Kamis, 07 Januari 2010

RENUNGAN AKHIR TAHUN 2009


Duh Gusti Alloh, Pangeran Ingkang Murbeng Dumadi...

Kawulo nyuwun pangapunten ingkang tanpo upami...

 

(Thee do we ask for  apologize...)

 

Seseorang pernah berujar, apakah yang paling jauh dengan diri kita? Yang paling jauh adalah hari kemarin karena akan semakin jauh dan jauh takkan mungkin kita kembali ke waktu itu. Lalu apakah yang paling dekat dengan kita? Hari ini?Esok? Tidak kawan, yang paling dekat dengan kita adalah kematian. Ia bersifat pasti, tidak dapat dimajukan ataupun dimundurkan barang sedetikpun walaupun kapan waktunya adalah persoalan ghaib. Sungguh manusia dalam keadaan merugi kecuali mereka yang mengerjakan amal kebaikan dan bersabar atas ketetapanNya. Manusia adalah makluk lemah yang seringkali tidak mengakui kelemahannya dan seringkali bersifat sombong.

”Pak, Massa 700-an orang sudah merangsek ke depan pintu gerbang. Polisi sudah tidak sanggup menahan laju massa masuk empalesement“. Apa yang akan anda lakukan jika ada anak buah melapor kondisi kantor anda yang sudah terkepung massa? Padahal kantor tersebut terletak di tegah-tengah perkebunan. Butuh waktu 0,5 jam ke desa terdekat dan 1 jam dari kantor dan perumahan induk. Sementara karyawan di dalam empelesement sangat sedikit dan tidak sebanding dengan massa yang menyerang. Satu regu polisi yang disiagakan menjaga empalement pun ternyata tidak sanggup menghalau massa. Padahal di dalam empelesement tersebut terdapat asset perusahaan yang nilainya miliaran rupiah. Hanya ada dua opsi, bertahan atau lari menyelatmatkan diri. Ah, rasanya tak perlu saya lanjutkan kisah saya ini. Biarlah menjadi bagian dari perjalanan hidup saya. Tahun ini sungguh banyak kejadian yang tidak mengenakkan terutama masalah pekerjaan. Rupanya Alloh hendak mengajarkan kepada saya liku-liku kehidupan yang penuh kejutan. Pernah, lebih tepatnya sering ribut dengan anak buah masalah kerjaan, bahkan pernah sampai kontak fisik, pernah dicari-cari orang desa sebelah karena unit saya tak sengaja menggerus jalan yang sedang perbaikan, seringkali kucing-kucingan dengan warga yang demo sengketa lahan, dikejar-kerjar target pekerjaan padahal situasi kebun sedang dalam sengketa dan yang terakhir yang paling menyesakkan dada adalah ketika kantor, bengkel dan perumahan kami diserang dan dibakar massa. MasyaAlloh, rupanya diri ini masih diberi kesempatan mencari bekal akhirat sehingga dalam situasi terkepung massa masih diberikan kesempatan meloloskan diri melalui jalan tikus dibelakang bedeng pekerja. Praise to Alloh,, Subhanallah....

Seorang teman pernah menulis  dalam sebuah status situs jejaring sosial facebook:

”Manusia kadang memaksa menuntut haknya jauh melebihi porsi yang menjadi haknya sehingga orang yang dituntut tersebut menitikkan air mata”

MELINDUNGI KEBUN TEBU DARI BAHAYA KEBAKARAN


“Office 4, office 4, calling office 4…”

“Silakan Pak!”

“Laporan dari tower Ambalat, situasi aman S3, personel lengkap, patroli jalan terus!”

”Terimakasih laporannya, tetap siaga!”

Demikian penggalan dialog antara petugas jaga radio komunikasi di kantor divisi plantation suatu perkebunan tebu swasta dengan petugas PMK (pemadam kebakaran) yang stanby di tower pantau di areal. Bagi kami orang kebun, tebu adalah tempat kami bergantung hidup. Kami menanam dan merawat dengan tetesan keringat (pasti anda setuju, ini bukanlah pekerjaan enak), betapa sedih hati kami tatkala tebu-tebu yang tinggal menunggu panen itu terbakar oleh orang-orang usil ataupun memang terbakar karena kondisi alam. Apalagi kebakaran terjadi saat pabrik belum buka giling sehingga tebu yang terbakar tidak bisa digiling dan harus diitebang buang. Berapa banyak uang yang telah kami investasikan terbuang percuma, musnah terbakar menjadi abu. Kalaupun sudah masuk musim giling apabila yang terbakar adalah  tebu yang belum masuk jadwal tebang (masih terlalu muda), hal ini pun tetaplah sebuah kerugian, potensi rendemen dan tonnase tebu pasti turun sehingga hasil gula per hektarnya juga jauh di bawah target. Hal inilah yang melatarbelakangi perlunya penjagaan/piket PMK selama 3 shift 24 jam penuh.

Bagaiamana strategi penjagaan/piket PMK di perkebunan tebu? Taruhlah kita berada disebuah divisi plantation dengan luas wilayah 5000 ha. Sepanjang pengalaman penulis, idealnya kita harus punya 3 unit PMK traktor dan satu unit branwir/mobil pemadam kebakaran. Unit traktor PMK harus double gardan/4WD, di mana tanki PMKnya minimal 5000 liter. Pompa pmk yang ditarik traktor sebaiknya dilengkapi enjin khusus sebagai sumber tenaga, jangan menggunakan sumber tenaga dari PTO traktor. Karena kopel PTO mudah lepas atau bengkok pada saat traktor berbelok. Kalau bisa nozzle gun PMK yang bisa diatur jauh dekatnya tembakan air sehingga memudahkan dalam pemadaman nantinya.

Setelah unit kita persiapkan saatnya kita tempatkan personel penjagaan kita sesuai dengan kondisi lapangan. Traktor PMK sebaiknya kita tempatkan di tower-tower pantau yang strategis, biasanya di titik perbatasan wilayah kita untuk memudahkan saling pantau antar tower. Khusus branwir/mobil PMK kita tempatkan di kantor divisi karena sifatnya yang lebih mobile sehingga bisa menjangkau kebun ke segala penjuru. Pada saat kondis genting atau sepi, misalnya pada hari minggu atau pada hari raya sebaiknya kita tambah unit traktor patroli sebanyak 8-10 unit tergantung kebutuhan. Unit-unit itu kita tempatkan pada tempat-tampat rawan yang sering menjadi perlintasan orang. Misalnya perempatan jalan second, pertigaan atau jalan menuju kampung dan sebagainya.

Bagaiamana susunan pengawas petugas PMK? Berdasarkan pengalaman penulis adalah sebagai berikut(mungkin komposisi ini tidak bisa diterapakan di tempat lain, tergantung kondisi dan situasi). Shif 1 di mana jam kerjanya Jm 07:00-14:00, sebaiknya cukup kita tempatkan seorang conductor (satu tingkat di atas mandor tetapi masih di bawah supervisor) yang mengkoordinir seluruh unit PMK. Hal ini dikarenakan shift 1 masih banyak personel yang bekerja di kebun, sehingga apabila terjadi kebakaran akan lebih mudah meminta bala bantuan. Pada shift 2 di mana kerjanya jam 14:00-22:00 sebaiknya kita pasang seorang officer, seorang supervisor dan seorang mandor. Mengapa harus ada unsur karyawanan pimpinan pada shift 2? Hal ini disebabkan setelah selesai jam kerja normal (selesai jam 16:00) praktis tidak ada karyawan yang masih standby di office sehingga apabila terjadi di mana harus ada pengambilan keputusan yang bersifat kebijakan (misalnya petak kebakaran yang tak tertangani harus di back burn untuk menyelamatkan petak lain) ada yang bertanggungjawab. Adapun shift 3 (jam kerja pukul 22:00-04:00) cukup dipasang 1 unit branwir dan 1 unit PMK, semuanya distandbykan di office. Petugas PMK terdiri dari operator branwir, operator PMK, helper dan 2 orang mandor. Satu hal yang harus diingat, pada malam hari api kebakaran akan terlihat dekat meskipun sebenarnya letaknya jauh, tetapi apabila terjadi kebakaran jangan pernah menganggap jauh (bersumsi dari penampakan api), harus dicek benar-benar sampai ke perbatasan kebun.

Satu hal yang perlu dicatat, ketika terjadi kebakaran maka traktor PMK/branwir yang akan masuk petak yang terbakar harus diikuti traktor tarikan (pulling tractor) untuk mencegah kepater atau apabila unit macet di tengah petak. Berikut adalah urutan tindakan pemadaman (mungkin berlaku lain ditempat lain dengan kondisi yang berbeda)

1.      Lihat titik api, apakah satu titik atau lebih, memanjang atau menjalar.

2.      Lihat arah angin atau arah jilatan lidah api.

3.      Jangan panik, komando pemadaman cukup satu orang, officer wilayah yang bersangkutan/officer yang sedang piket.

4.      Masukkan PMK (diikuti traktor tarikan) dari sisi yang telah terbakar.

5.      Helper PMK mengarahkan Gun ke depan traktor terlebih dahulu untuk melindungi operator dan unit dari api baru setelah itu memadamkan api di samping tangki tersebut.

6.      Putari dan sekat titik api tersebut, apabila api sudah terlanjur memanjang maka mintakan bantuan traktor tarikan lebih banyak lagi (2-3 unit) untuk menyekat petak yang terbakar.

7.      Tempatkan personil dan unit PMK yang lain disisi petak pada arah angin bertiup untuk berjaga-jaga apabila api meloncat pada petak sebelah.

8.      Apabila jalan antar petak terlalu sempit karena tebu sudah saling kanopi maka tebu-tebu pada sisi perbatasan petak tersebut dirubuhkan dengan cara diinjak menggunakan traktor tarikan untuk membantu menyekat api.

9.      Ingat, safety first, utamakan keselamatan operator dan unit.

10. Apabila kebakaran sedemikian hebat (tidak mungkin tertangani) dan umur tebu sudah masuk waktu tebang, sebaiknya di back burn yaitu dibakar dari sisi petak yang berlawanan arah angin. Hal ini dilakukan untuk mencegah kebakaran lebih luas lagi dengan mengorbankan satu petak tersebut.

Uraian di atas baru pembahasan dari segi teknis, ada satu hal lagi yang sebenarnya jauh berperan dalam pengamanan kebun, yaitu faktor non teknis. Bagaimana menjaga hubungan yang baik dengan warga sekitar perkebunan, seringkali sepanjang pengalaman penulis justru hal ini yang sangat sulit. Apalagi jika sebelumnya pernah terjadi riwayat sengketa lahan dengan warga sekitar, dipastikan anda harus kerja keras dan memutar otak bagaimana mengamankan kebun anda. Namun apabila anda bisa merangkul mereka (dan mereka juga mau diajak kerjasama) insyaAlloh anda bisa tidur nenyak sepanjang malam.