Sistem tanam
yang dimaksud adalah cara penyusunan/penanaman tebu dan cara penggunaan bibit pada
suatu hamparan dengan tujuan mendapatkan produktivitas ton tebu per hektar
(TCH) setinggi-tingginya. Sistem tanam paling dikenal luas hingga saat ini
adalah sistem tanam row, adapun pada beberapa tahun ini mulai dikembangkan
sistem tanam budsett (singlebud planting) dan pit planting. Pada artikel ini
penulis ulas secara garis besar, untuk detailnya per sistem akan kami bahas
pada artikel-artikel selanjutnya.
1.
Sistem tanam row
Pada
sistem tanam ini tebu ditanam pada barisan tanam memanjang (juringan) dengan
jarak tanam (PKP/jarak pusat ke pusat) bervariasi dari 90-185 cm. Sistem tanam
ini masih bisa dibedakan lagi menjadi dua berdasarkan susunan barisan(juringan)
yaitu:
·
Single row planting
Susunan barisan berupa 1 baris dalam
satu juring, jarak tanam 90-135cm.
·
Double row planting
Tamanam tetap disusun dalam barisan
di mana dalam satu juring(row) terdiri dari dua baris tanaman. Jarak tanam
biasanya 130-50 cm.
2.
Sistem tanam budsett (singlebud planting)
Pada
hakikatnya sama dengan tanam rsistem row, bedanya kalau tanam row menggunakan
bibit bagal (lonjoran), sedangkan pada sistem ini menggunakan budsett. Yaitu
bibit yang ditanam pada polybag kecil, berasal dari satu mata tunas bagal yang
dipotong kemudian di tanam pada polybag hingga umur 2 bulan. Setelah umur 2
bulan bibit polybag tersebut dipindahkan ke kebun. Jarak tanam biasanya
1,35x0,2m.
3.
Sistem tanam pit panting
Sistem
tanam di mana tanaman disusun dalam lubang besar ukuran 60 cmx60 cmx 40 cm.
Bibit berupa potongan bagal 2 mata/stek 2 mata berjumlah 6-8 per lubang,
disusun sirip ikan atau persegi sesuai bentuk lubang.
Gambar1. Single Row Planting |
Gambar2. Singlebud Planting |
Gambar3. Pit Planting |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar