Bismillah….kembali meluangkan waktu untuk menulis sedikit renungan di tengah kesibukan kerja mengurus unit alat berat untuk pengolahan tanah dan alat berat infrastruktur. Entah kenapa teringat kejadian berapa tahun yang lampau di lampung hanya karena masalah sepatu. Beberapa hari yang lalu seorang kolega menegur saya ” wealah pak, sinder koq sepatu ne bodhol ngono, gek ndang tuku sing anyar” Artinya kurang lebih begini: Sinder koq sepatunya sudah butut kayak gitu, buruan beli baru. Sambil meringis saya jawab sekenanya ” banyak kenangannya pak, hehehe”. Memang sepatu saya yang sebelah kanan di bagian tumitnya sudah sobek, belum sempat beli lantaran hampir tiap hari pulang maghrib.
Sebenarnya bukan masalah sepatu baru merk apa yang akan saya beli, tetapi kenapa di perusahaan ini sepertinya tidak ada orang yang peduli keharusan bahwa setiap karyawan yang bekerja di kebun harus memakai sepatu boot. Masih banyak karyawan yang memakai sepatu ket atau sepatu kantoran, bukan hanya level karyawan pelaksana, tetapi unsur pimpinan juga cuek-cuek saja memakai sepatu kantoran yang disemir ”kinclong”. Saya bukan anti kebersihan dan kerapian, tidak jua berarti orang lapangan harus berkotor-kotoran ria, tetapi lebih kepada keinginan untuk menempatkan segala sesuatu sesuai porsinya. Saya ingat betul beberapa tahun yang lalu, betapa anak buah saya yang seorang mandor spraying herbisida ketakutan bukan kepalang ketika ketahuan oleh Plantation Manager (Kepala Bagian Tanaman) bahwa dirinya memakai sepatu ket pada saat bekerja. Sudah ter-mindset pada pikiran karyawan bahwa orang plantation (bagian tanaman rayon/afdeling) harus memakai sepatu boot. Jadi semua karyawan plantation dari tenaga harian, mandor, conductor, supervisor (mandor besar), officer(sinder), manajer divisi (sinder kepala) sampai plantation manager (Kepala Bagian Tanaman) dipastikan memakai sepatu boot, bukan sekedar mematuhi aturan, tetapi lebih sebagai identitas bahwa inilah kami orang lapangan! Bahkan di beberapa kesempatan saya menyuruh pulang beberapa tenaga harian saya lantaran nekat bekerja memakai sepatu ket/sandal di lapangan.
Sebagai orang lapangan, tentu bukan hal yang aneh kalau setiap kali kita mengecek pekerjaan pasti belepotan lumpur, apalagi kalau musim hujan. Petak kebun ibarat rimba raya, bisa saja kita ketemu kobra waktu masuk juringan, atau menginjak tunggul kayu yang bisa melukai kaki. Nah apa jadinya kalau pengawas yang kita tugaskan di petak tersebut memakai sepatu ket. Sudah pasti dia akan nongkrong di pinggiran petak, walhasil kualitas pekerjaan di dalam petak tidak akan termonitor, biaya kebun tetap keluar padahal hasilnya nihil. Itulah filosofi kenapa semua personel lapangan harus memakai sepatu boot. Pernah di suatu waktu, kolega saya dibuat sibuk karena anak buahnya harus dirawat di rumah sakit karena kakinya melepuh karena terperosok di tumpukan blothong yang membara. Kejadian ini dampaknya sebenarnya bisa diminimalkan seandainya pekerja tersebut memakai sepatu boot.
Nah, marilah mulai sekarang kita berikan pemahaman kepada kawan-kawan di lapangan betapa pentingnya memakai sepatu boot. Tentunya bukan hanya menyuruh atau menghimbau, marilah kita berikan contoh dari kita sendiri. Meminjam kalimat yang biasa terpampang di pintu masuk pabrik ”Marilah kita gelorakan kesehatan dan keselamatan kerja!”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar