Saya berharap anda tidak terprovokasi dengan judul artikel yang sengaja penulis ungkapakan dengan cara yang tidak biasa. Tante girang yang dimaksudkan adalah kepanjangan dari ungkapan “tanaman tebu gap tinggi tumbuh jarang-jarang”. Seringkali ini adalah pangkal masalah tidak tercapainya target produksi. Sebagaimana kita ketahui dalam budidaya tanaman tebu ada beberapa parameter penentu keberhasilan pencapaian target produksi:
· Populasi
· Jumlah batang per meter
Jumlah batang per meter erat kaitannya dengan populasi. Apa gunanya panjang juringan dalam satu hektar dibuat tinggi (misal dengan sistem double row) sedangkan jumlah batang per meter kurang dari standart. Idealnya dalam satu meter jumlah batang adalah 12, walaupun kenyataannya bisa bervariasi dari 8-12 tergatung performa tanaman. Jumlah batang bisa dimaksimalkan sejak penyaiapan lahan (LP), proses tanam yang seharusnya mulai dari bibit yang baik, sistem ecer overlap 25-50%, covering yang baik, compacting, irrigasi yang cukup sampai upaya sulam untuk mengurangi gap.
· Tinggi batang
Tinggi batang sebenarnya erat dengan berat batang. Semakin tinggi maka potensi berat akan semakin bagus. Idealnya tinggi tebu adalah 250cm atau lebih. Tinggi batang yang maksimum bisa dimaksimalkan dengan sistem pengolahan tanah dalam dan perlakuan subsoiling baik pada tanaman PC maupun ratoon. Dengan pengolahan tanah dalam ini diharapkan perakaran tebu bisa menembus lapisan keras (hardpan) sehingga asupan unsur hara akan maksimal. Selain itu akan memperkokoh sistem perakaran sehingga tebu tidak akan mudah rubuh akibat gangguan angin ribut. Hal lain yang mempenaruhi tinggi batang adalah jenis tanah dan kekeringan. Pada tanah-tanah berat tinggi batang cenderung tidak maksimal. Demikian pula apabila terkena kekeringan dalam jangka waktu yang lama, pertumbuhan ruas cenderung pendek. Idealnya tinggi batang tebu adalah 2,5-3 m.
· Diameter batang
Semakin besar diamater batang tentunya akan memperbesar bobot tebu sehingga diharapkan TCH akan naik demikian juga TSH.
· Rendemen
Rendemen adalah perbandingan antara bobot tebu yang diolah dengan hasil gula yang dihasilkan. Potensi rendemen pada masing-masing varietas mempunyai keragaman. Sedapat mungkin potensi rendemen di kebun bisa diraih sampai ditingkat pengolahan di pabrik. Idealnya rendemen paling tidak adalah 8%.
Balik ke masalah tebu jarang-jarang, menurut penulis merupakan akibat dari banyak faktor. Bisa jadi pengolahan tanah, bibit, tanam, pengendalian gulma maupun perawatan. Tergantung dari kepiawaian kita meramu masing-masing kegiatan atau tahapan budidaya sehingga tujuan akhir, yaitu ton tebu per hektar (TCH) setinggi mungkin, untuk PC minimal 85 ton dan ton gula per hektar (TSH) diharapkan minimal 6 ton. Bisakah! Pasti Bisa!! (tentunya dengan ijin yang Maha Kuasa)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar